Romantisasi Purwokerto Bikin Tidak Romantis Lagi?

Purwokerto, kota kecil di kaki Gunung Slamet ini dulunya dikenal sebagai kota transit yang tenang—bukan kota tujuan. Tapi akhir-akhir ini, Purwokerto mulai naik daun. Banyak yang menyebutnya “kota kecil yang ngangenin”, “Yogyakarta versi mini”, atau bahkan “permata tersembunyi di Jawa Tengah”. Feed Instagram penuh foto OOTD di Menara Pandang Teratai, cerita-cerita di Twitter (sekarang X) tentang ketemu jodoh pas naik BRT Trans Banyumas, sampai vlog-vlog mellow soal healing di Baturraden. Semua terasa romantis, manis, syahdu. Tapi... apakah semua ini justru bikin Purwokerto jadi tidak lagi romantis? Dari Romantis Menjadi Komoditas Romantisasi bisa jadi jebakan. Awalnya mungkin niatnya sekadar mengungkapkan rasa cinta pada tempat kelahiran, atau mengabadikan momen liburan yang berkesan. Tapi ketika citra romantis itu dijual terus-menerus, kota pun berubah jadi panggung. Rasanya semua sudut kota harus estetik, harus instagramable. Bahkan, warung kopi di gang sempit pun kini pu...